Thursday, June 12, 2008

in a small room, there's a big happiness

apa yang membuat orang bahagia?

pasti ada banyak jawaban dari pertanyaan di atas. itu semua tergantung yang menjawabnya. mungkin ada yang bilang yang membuatnya bahagia adalah bisa naik kelas, dapet pacar, disenengin temen, dapet hadiah, atau yang paling absurd sekalipun, kayak.... bisa main layangan untuk pertama kalinya? hehehe.
beneran lho, gue punya temen namanya chloe. dari kecil dia nggak pernah bisa main layangan, hingga akhirnya dia bisa setelah diajarin. dan dia merasa bahagiaaa banget. dan lo tau berapa umurnya sekarang? 17 tahun. seumuran sama gue. kesannya kayak masa kecil kurang bahagia gitu.

tapi ada nggak yang bakal menjawab, bahwa dia bakal bahagia kalo dia bisa membahagiakan orang lain? mungkin ada, tapi pasti bakalan sedikit yang menjawab itu.

lalu bagaimana dengan gue? apa yang membuat gue bahagia?

semuanya berawal dari sini.

* * *

1460 Broadway #5, New York City. 3:00 pm.
"selamat datang di starbucks coffee. mau pesan apa?" tanya seorang penjaga counter ketika gue memasuki kafe. aroma kopi langsung menerpa muka gue.
"hmm," gue berpikir sejenak sambil melihat daftar menu. gue memutuskan untuk memesan espresso. setelah pesenan gue dateng dan gue bayar, gue berjalan mencari tempat yang nyaman.

nama gue sime, dan gue cewek. iya, cewek. kalo diliat dari nama panjangnya yang simone clarice siapalah itu. ah, whatever. gue lebih nyaman dipanggil sime.

seseorang menghancurkan lamunan gue. waitress yang tadi, yang disinyalir bernama ilora. hmm. nama yang cukup aneh. "silakan, ini blueberry muffin
-nya." katanya. gue bengong.
"lho mbak... saya nggak mesen ini." gue jelas kebingungan.
"bukan, ada yang mesenin ini buat mbak." katanya lagi.
"dari siapa?"
"oh, maaf mbak. saya nggak boleh ngasih tau." kemudian ia berlalu.

cukup misterius. gue memandang ke sekeliling. nampaknya mereka nggak melakukan sesuatu yang mencurigakan. gue mengangkat bahu. ah, ya sudahlah. lumayan juga dapet muffin gratis.
gue baru aja mengangkat muffin tersebut ketika akhirnya gue melihat ada secarik kertas di atas piring--yang membuat gue terpaksa menunda untuk makan kue gratisan.

to simone clarice peterson

he? dia tau nama lengkap gue dari mana? karena penasaran, gue buka lipatan kertas itu.

hey sime
mungkin kamu memang nggak tau siapa saya, tapi saya tau kamu.
saya ada di sekitar kamu hampir setiap hari, hanya aja kamu nggak menyadari hal itu.
I hope we can be good friends...

enjoy the muffin! :D


gue mengerutkan alis. ini siapa sih?

* * *

besok siang, pulang dari kuliah, gue mampir ke kafe yang sama bareng temen gue. namanya chloe, yang tadi gue ceritain itu. kami memesan cappucino, mencari tempat dan segera duduk.
"mana, orang yang lo ceritain kemaren?" tanyanya.
"mana gue tau?" sahut gue sekenanya sambil menyeruput cappucino sedikit-sedikit. "kalopun gue tau... kemaren bakal gue kasih tau namanya." chloe cuma mengangguk.

"tungguin aja, palingan bentar lagi dia ngirim muffin lagi." kata gue lagi.

20 menit berlalu... dan tidak ada yang terjadi.

"mana orangnya?" chloe udah nggak sabaran.
"...lho, mana ya?" gue juga bingung.
"lagi nggak punya duit, kali. jadinya nggak bisa beliin lo muffin. udah ya, gue mau balik. dadahhh..."
"yaaaah, jangan balik dulu..." telat. chloe udah keburu menghilang dari balik pintu kaca starbucks.
* * *
beberapa hari kemudian, gue iseng-iseng mampir ke Cupcake Café di 18th street. di situ gue cuma memesan cappuccino seharga 3.50 dollar [ya ampun, harganya lumayan juga ya?]. gue nyari tempat, duduk, dan menikmati kopi.
dan bener aja, beberapa saat kemudian waiternya dateng sambil bawa sepiring carrot cupcake dengan secarik kertas di situ.
"maaf mbak, saya dilarang ngasih tau identitas orangnya." lagi-lagi jawaban yang sama. hahh, ya sudahlah. gue membuka lipatan kertas dengan satu tangan, sementara tangan yang satunya memegang cupcake.

dear sime,
sebenernya apa sih yang menjadi kebahagiaan kamu?
apa yang membuat kamu bahagia?


apa yang membuat gue bahagia? nggak ada yang pernah menanyakan hal itu sebelumnya ke gue. dan itu membuat gue berpikir juga.

apa yang membuat gue bahagia? nggak tau... dan nggak peduli.

* * *

hari-hari berikutnya, orang misterius ini makin gencar ngasih gue snack di kafe manapun gue berada saat itu. dan surat yang dia kasih juga beraneka ragam. meski begitu, intinya sama: apa-arti-kebahagiaan-buat-gue. blah blah blah. gak penting.

suatu hari, dia meminta gue untuk datang ke central park hari minggu siang. menghirup udara segar itu baik buat kamu... begitu katanya. OKE, kali ini gue ikutin sarannya.

* * *

central park. 1:15 pm.
gue duduk di salah satu kursi taman sambil menunggu orang itu. kursi ini menghadap ke kolam taman. gue memerhatikan orang sekitar... ada ayah dan anak, ada sekeluarga ayah, dua anak dan ibu, seseorang teman-temannya, anak kecil yang berlarian. mereka semua nampak bahagia. gue jadi merasa aneh sendiri. apa dia ngeledekin gue? mentang-mentang gue belom bisa menemukan kebahagiaan gue, jadinya dia sengaja menyuruh gue ke tempat ini.

"huh... jadi nyesel dateng." gue mengeluh.
"eits, jangan nyesel dulu," terdengar suara seseorang dari belakang gue. gue menengok ke belakang dan melihat... ryan, temen sekolah gue.
"gue boleh gabung?" tanyanya. gue mengangguk. dia langsung duduk di sebelah gue.
"lo ngapain di sini?" gue nanya. "yaah... pengen jalan aja. menghirup udara segar yang nggak bisa didapet di kota." sahutnya ringan. gue tertegun atas perkataannya tadi.
"jangan-jangan... lo orang misterius itu??" tebak gue.
ia hanya tersenyum. "menurut lo?" dia nanya balik.
"heh, apa yang lo lakuin tuh nggak lucu tau nggak! bukannya bikin seneng, malah bikin orang sebel." gue mencerca abis-abisan. "tapi lo seneng kaan dapet makanan gratisan? hayo ngaku!" tuduhnya. mau nggak mau gue setuju dengan perkataannya.

"hhmm.... sebenernya, apa sih yang membuat lo bahagia?" dia nyeletuk.
gue menggeleng. "gue sendiri nggak tau."
"tapi setelah ngeliat pemandangan ini, apa yang lo rasain?" ryan nanya lagi.
gue diem.
"ya?" kejarnya.
"...ya, bahagia. rasanya gue seneng bisa ada di sini, tempat yang sedamai ini." ujar gue sambil tersenyum.
"dan lo tau apa yang membuat gue bahagia?"
"apa?" gue mau tau.
"lo."
"gue?"
"ya, lo.... sebenernya ini akal-akalan gue aja." katanya enteng.
"maksudnya?"
"ngeliat lo kebingungan, merupakan sesuatu yang membuat gue bahagia." lanjutnya sambil tertawa.
"OOH JADI INI SEMUA AKAL-AKALAN LO AJA YA?" gue sewot. namun, kemudian kami tertawa bareng, ngetawain kebodohan masing-masing.

yah... setidaknya gue udah menemukan sesuatu yang membuat gue bahagia.

ryan?

-tamat-

ahh, gue tau... emang nih cerita gak jelas. udah panjang banget, gak ada maknanya pula T_T