Tuesday, June 24, 2008

she loves edward, but not me

"CUT!"
"makasih buat hari ini, lo mainnya bagus banget." puji sang sutradara. "hehe, makasih." danny cengar-cengir. daniel armstrong adalah seorang aktor muda, umurnya masih 17 tahun. saat ini dia lagi shooting land of victory, film yang diadaptasi dari novel fiksi terkenal. ia memerankan tokoh utama bernama edward finchley.

"hey danny!" seseorang memanggilnya dari kejauhan. "hey lucy," sahut danny. lucy adalah sahabat danny sejak kecil, umurnya 17 tahun juga. dialah yang mendukung impian danny menjadi aktor sampai sekarang. "lo tadi mainin karakter edward keren banget... bener-bener pas sama karakter di bukunya!" puji lucy.

sekali lagi, danny tersenyum. "eh, lo laper gak? kita makan yuk di Mc Donald's." ajaknya. lucy setuju, dia emang udah kelaperan banget gara-gara nungguin danny.
* * *
"lo udah baca land of victory belom?" tanya lucy setelah minum milkshake dari McD.
"sejujurnya... belom sama sekali, cuma sekilas doang sih." jawab danny enteng, lalu memakan fillet-o-fish dalam satu gigitan besar.
"wah, kalo gitu kok lo bisa mirip gitu sih sama edward? ya ampun... bener-bener nggak nyangka. selama ini tuh gue ngebayangin dia bakal kayak apa. eh, ternyata lebih bagus daripada yang gue kira." lucy merepet panjang lebar.
"oh... gitu ya. hahaha." danny salah tingkah. yang ada di pikirannya adalah, lucy akan melanjutkan dengan pujian bahwa danny emang pantes banget meranin karakter itu.
namun pikirannya diruntuhkan dengan perkataan lucy...
"udah selesai makannya? kalo udah, balik sekarang yuk!"

danny bengong. "uhh, ya. balik yuk."
* * *
esok harinya, merupakan minggu terakhir shooting film land of victory. dan 4 minggu lagi adalah premiere film tersebut. "eh, luce," panggil danny.
"ya?"
"nih... buat lo. undangan premiere film." lanjutnya sambil mengangsurkan selembar amplop. bisa dibayangin reaksi lucy saat itu, dia langsung kegirangan setengah mati.
"huaaaaaaahh, makasih banget ya dan! ya ampun, gue hampir gak bisa napas nih... gila, makasih makasih!!" dia menjerit histeris. danny tersenyum lebar. "ngomong-ngomong, kok lo ngasih ini ke gue?" tanya lucy.
"hhmm, soalnya nanti ada yang mau gue omongin..." namun kata-kata danny terputus gara-gara lucy. "gue jadi penasaran kalo edward di film jadi kayak apa ya? pasti jadi keren banget deh. di buku aja udah keren banget.."
"siapa dulu dong yang meranin." danny membanggakan dirinya sendiri.
"iya iya, lo yang meranin. makasih ya, lo udah membuat karakter itu hidup!" kemudian lucy berlalu.
"dan, sekarang giliran lo nih!" panggil asisten sutradara. "oh, iya."

saat dia jalan, ia merasa agak kecewa.
sebenernya bukan itu jawaban yang gue harapkan...
* * *
beberapa hari telah berlalu.
"danny?" panggil si sutradara, johnny. "hmm?" sahutnya malas.
"lo kok akhir-akhir ini aktingnya jadi menurun gini sih. ada apa?"
ia menggeleng lemas. "nggak, nggak ada apa-apa kok."
"jangan bohong lo."
"john, hmm. apa sebaiknya gue berenti meranin edward ya?" akhirnya danny angkat bicara.
"LHO? kenapa?" johnny bingung. padahal, dia tau persis kalo danny seneng banget bisa kebagian peran itu.
 "yah, tiba-tiba males aja. gue jadi nggak semangat gini." katanya. "DAN, jangan maen-maen lo. bentar lagi udah premiere, masaaa lo mau mundur? kita udah nggak punya waktu lagi buat nyari pengganti lo!" johnny ngomel.
"iya dan... sayang banget lho." diana sang asisten sutradara ikutan nimbrung.
"sebenernya ada apa sih? mendingan lo jujur aja deh sama kita. daripada semuanya bakal jadi ancur."
danny memandang kedua partnernya itu. kemudian, ia memutuskan untuk berbicara yang sebenarnya.
* * *
"oh, jadi gitu ceritanya?"
"cuma karena itu doang dan? ckckck. lo tuh cowok
bukan sih?" nada bicara johnny agak menyindir.
"hus, jangan gitu kek ngomongnya. ya udah, lo tetep main di film ini. dan yang harus lo lakukan sekarang adalah bilang sekarang juga ke orangnya, sebelum semuanya terlambat. oke?"
"hmm... gimana ya.."
"DANNY!" hardik diana dan johnny.
"ya udah, ya udah. besok malem gue sampein." danny mengalah.
"oke deh. tos dulu dong." diana malah ngaco.


danny mengingat-ingat pembicaraannya kemarin sambil berjalan menuju ke rumah lucy. oke, dateng ke rumahnya, sampein tentang semuanya, selesai. tenang aja dan... semuanya akan baik-baik aja, pikirnya pada diri sendiri. kemudian ia sampai di depan rumah lucy.

ia bersiap mengetuk pintu, tapi gerakannya terhenti. "hhm. mau ngomong apa gue tadi? luce, gue suka sama lo. mau gak jadi pacar gue? ah basi. lucianne catharina, kamu mau jadi pasangan hidup aku? APA? kayak bukan gue aja. ya udahlah, urusan ngomong nanti aja."
baru aja dia mau ngetok, gerakannya terhenti lagi. kali ini dia mau pergi aja. tapi setelah itu ia memantapkan langkahnya untuk kembali ke depan rumah lucy dan mengetuk pintu rumah.

knock knock knock.
"ya... hei dan! ayo sini, masuk." sambut lucy. "nggak usah," tolaknya. "di sini aja--eh! gimana kalo kita jalan aja ke taman?"
lucy bengong. "hmm. oke."
* * *
"jadii, apa yang mau lo omongin dan?" tanya lucy sambil mereka berjalan tanpa arah.
danny diem. "ngg..."
"apaan?" lama-lama lucy jadi nggak sabaran.
"gue mau bilang kalo.... lo jadi kan dateng ke premiere film gue nanti?" danny ganti topik. anjrit! salah ngomong gue.
dan bener aja, hal itu langsung disambut dengan [sangat] antusias oleh lucy. "oh, udah pasti dong! kan gue penasaran banget sama edward finchley versi filmnya... bakal kayak apa ya dan? aduh, jadi nggak sabar nih. lo tuh mestinya baca bukunya... keren banget bla bla bla..."
"dan lo tau? ada seseorang yang gue suka, tapi nggak bisa gue miliki karena dia nggak nyata."
"...siapa?" danny malah nyari perkara.
"edward finchley."
dua kata terakhir yang disebutkan lucy membuat danny sesak. jadi dia bener-bener mencintai edward, bukan gue. ia tersenyum pasrah.
"luce, edward finchley itu nggak ada."
"iya sih, tapi kan..."
"kalo gitu kenapa lo ngomongin dia seolah-olah dia itu cowok lo? lo tuh punya perasaan nggak sih??" habis sudah kesabarannya.
"danny? gue gak ngerti deh." lucy kebingungan.
"kenapa lo nggak nyadar juga? selama ini gue--"
"KYAAA, ITU DANIEL ARMSTRONG!" teriak beberapa cewek dari kejauhan, menghentikan kata-kata danny. "uh oh." kata danny pelan. lalu ia langsung cepat-cepat lari dari situ selagi ia bisa.

lucy masih terdiam di tempat itu.
* * *
"gimana dan?" tanya diana.
"gimana apaan?"
"ya itu, aksi penembakan lo kemaren. sukses gak?"
"hmmph. melenceng jauh dari target, yang ada gue dikejar-kejar sama fangirls." sahutnya bete. diana ngakak. "hahahaa... lagian siapa suruh punya muka ganteng?" ledeknya.
"eh, itu bukan mau gue ya. salahin tuh orangtua gue!" balas danny. tak lama kemudian, salah satu staff mendatangi danny dan bilang, "dan, ada yang nyariin lo tuh. cewek."
"wah, jangan-jangan itu..." diana nakut-nakutin. namun hal itu nggak diperhatikan oleh danny, karena ia buru-buru menuju tempat cewek itu.

dia ada di sana.

lucy.

"lucy?" panggil danny.
"hey dan." katanya sambil tersenyum. "ada yang mau gue omongin." lanjutnya.

mereka duduk di sebuah tempat di deket lokasi shooting. "mau ngomong apa?" nada bicara danny berubah dingin. lucy menghela napas. "dan, gue ngerti lo marah gara-gara gue ngomongin edward tiap waktu. dan kayaknya gue emang terobsesi deh sama dia. tolong maklumin gue ya?"
"ya udah. kalo gitu, mendingan gue nggak usah jadi edward sekalian." sahut danny pelan dan beranjak pergi. namun langkahnya tertahan oleh lucy.
"dan, lo jangan kayak anak kecil gitu dong! sebenernya mau lo apa sih?" lucy ikut marah.
"apa mau gue? apa mau gue? lo pikirin aja sendiri." katanya sambil berbalik pergi.
"DANNY!"
"gue suka sama lo. gue mau lo jadi cewek gue. itu yang gue mau." kemudian ia benar-benar berlalu pergi meninggalkan lucy.
* * *
danny's point of view.
beberapa minggu kemudian, adalah premiere film land of victory. gue, sebagai pemain di film itu, tetep dateng. acaranya sejauh ini berjalan cukup lancar. film itu mendapat sambutan yang cukup baik dari beberapa kalangan. johnny sebagai sutradara jelas bangga akan hal itu. dasar manusia narsis.

lalu bagaimana dengan lucy? apakah dia datang? itulah yang menjadi penantian gue.

ya, gadis itu memang datang. dia ada di sebelah sana, duduk di atas gedung [ya ampun, kurang kerjaan amat di atas gedung].

normal point of view.
"lucy." panggil danny. lucy menoleh. danny langsung ikut duduk di sebelah lucy.
"hhm... nice job. lo bener-bener pantes meranin karakter itu." lucy nampak hati-hati dalam memilih kata-kata, takut salah lagi.
"thanks." danny tersenyum.

awkward silent.

"sori ya dan," lucy membuka suara. "gue udah bikin lo marah, dan parahnya gue sama sekali nggak tau akan hal itu."
"..."
"apa yang harus gue lakuin supaya lo maafin gue?" lucy lanjut terus.
"hmm..." danny berpikir sejenak. tiba-tiba ia langsung mencium lucy. ciuman yang halus. ciuman yang nggak akan pernah dilupakan mereka berdua.

di sini, di atas gedung new york state theater, akhirnya danny memberanikan diri untuk ngungkapin semua perasaannya yang selama ini terpendam kepada lucy, cewek yang disayanginya.

"luce..."
"ya?"
"lo mau jadi cewek gue?"
"...ya, tentu aja." ada raut muka gembira sekaligus perasaan lega tersirat di wajahnya. mereka berdua berpelukan dengan gembira. danny apalagi, karena petualangannya dalam mengejar cinta akhirnya tercapai juga.

namun petualangan yang sebenarnya baru saja dimulai...
-tamat-