Sunday, September 14, 2008

dan dia punya sebuah nama.

sabtu siang, sepulang sekolah, gue pulang bareng temen gue yang bernama titi. sebelom kita ke rumah, pertamanya makan dulu di MD's cafe. hohoho [mind you, MD's cafe itu nama tempat makan di depan sekolah gue]. kegiatan di sana ya makan...
si titi kebiasaannya kambuh lagi: nggak suka makan sayur. jadi ada banyak sawi ijo di mie rebusnya. bagi gue itu enak... bagi titi, itu musibah.
* * *
selesai makan, gue maksa ngajak dia jalan sambil ngelewatin gang depan rumah orang itu. lagi. di tengah jalan, kita berpapasan dengaaaan.... ayu dan olin.

*dungstak genjreng*

"mau ke mana lu cem, mau ngelewatin rumah dia lagi?" tanya ayu.
gue cengengesan. "ehehehehe. iyah."
nggak disangka, mereka mau ngikut ke rumah dia. yo weslah. tanpa rasa curiga gue mempersilakan mereka ikut bareng.

di rumah sebelah rumahnya dia, ada warung. kita berempat masuk ke warung untuk sekedar beli minuman. basa-basi style.

kebetulan yang ngejagain warung hari itu adalah seorang mbak-mbak.

gue langsung punya ide brilian.

"eh lin, lo tanyain gih." kata gue. maksudnya nanyain nama dia, nama orang itu.
"lo aja deh."
"bukannya waktu itu lo yang pengen nanyain yah?!" gue menuduh. memang iya sih sebenernya. dia yang janji mau nanyain nama cowok itu kalo yang ngejagain warung kebetulan adalah mbak-mbak. kali ini, kesempatan udah di depan mata.

"ehem. jadi gini mbak...." olin mulai ngomong.
"iya, ada apa?"
"ini, temen saya mau nanya." olin langsung nunjuk gue.
"enak aja, elo!" gue setengah kesel.
"mau nanya apa? kalo ngga penting, saya balik. soalnya masih mau beres-beres." kata si mbak-mbak rada judes. nggak judes sih. tapi ya tetep aja nggak enak.

"oke oke. saya mau nanya, itu yang tinggal di blok nomor sekian sekian itu... namanya siapa sih mbak?" tanya olin straight-to-the-point.
"oh, maksudnya rumahnya si vina [nama disamarkan] yah?" jawabnya.
"uhmm.. dia punya kakak ato adek, gitu...?" gue pura-pura bego.
"oh, dia punya kakak."
"siapa namanya?" tanya gue, langsung tembak.
dia menyebutkan namanya.
"ohh gitu. oke deh, makasih ya mbak..." kita pun bersiap untuk pergi. tapi sebelum itu, gue bilang sesuatu untuk menghilangkan kecurigaan.
"sebenernya kita ada tugas mbak, disuruh bikin sensus penduduk di sekitar komplek sini."

kamu berbohong nak. KAMU BERBOHONG!

"oh, oke." kemudian ia masuk ke dalam.
* * *
hanya membutuhkan waktu 60 detik untuk mengetahui semua itu, dan akhirnya gue tau namanya. dan bagi gue, nama dan rumahnya udah lebih dari cukup untuk tau yang lain-lain. entahlah, nomor hp? email? status?
tapi seseneng-senengnya gue, tetep aja ada yang mengganjal di hati gue. dan semakin gue mengetahui tentang dia lebih jauh, perasaan itu semakin ada.

does anyone know how to release this feeling?

:\