Sunday, August 24, 2014

Tentang Sebuah Kebiasaan

saya dan partner saya punya sebuah kebiasaan yang dilakukan tiap menempuh perjalanan jauh, yaitu dengerin musik dalam mode shuffle di sepanjang perjalanan dan ga berbicara banyak. pilihannya antara itu atau mengobrol, tapi menurut saya dengerin musik selama satu setengah jam penuh jauh lebih baik daripada harus berusaha keras bikin topik baru di jalan. selain itu, rasanya menyenangkan untuk menyanyikan lagu favorit kami dengan suara lantang.

kebiasaan bisa diciptakan kayak contoh barusan. tapi, kebiasaan juga bisa berawal dari hal-hal remeh yang sebelumnya ga disadari. misalnya, kebiasaan nonton film dan serial tv sampai larut malam selama liburan karena berawal dari rasa bosan dan insomnia.
dan terkadang kebiasaan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan karena kita sudah terbiasa, makanya disebut kebiasaan. kita merasa nyaman dengan hal-hal familiar. itu perasaan yang wajar. wajar juga kalo kita merasa kehilangan ketika ga melakukan kebiasaan itu. tapi kalo kebiasaannya jelek dan merugikan, malah bagus kalo suatu saat ga akan dilakukan lagi. tapi yang pasti saya bakalan kangen nonton american dad subuh-subuh.

rasa kehilangan bisa terasa menyakitkan kalo kemungkinan untuk muncul lagi sangat kecil, betapapun menyebalkannya itu. dulu saya suka jengkel ketika ibu saya terus-menerus mengingatkan saya untuk mandi tepat waktu (meski saya ga begitu yakin dengan definisinya tentang 'tepat waktu'). saya juga ingat betapa dulu ia cerewet soal cara membawa sekantung telur yang baik dan benar. pada akhirnya ia selalu punya tugas khusus untuk membawa telur tiap kami belanja bulanan.

kebiasaan-kebiasaan yang kita anggap remeh sekarang bisa menjadi sebuah kenangan di masa depan. menyenangkan atau menyakitkan, itu tergantung bagaimana kita mengingatnya.

suatu ketika, sehabis berbelanja di supermarket, saya memandangi kantung plastik berisi telur yang saya bawa. dan saat itu juga saya langsung merasa sangat kehilangan.