Thursday, March 6, 2014

"Terima kasih, selamat malam."

hari rabu, pukul 10 malam. diantar seorang teman, saya buru-buru mengejar kopaja terakhir yang beroperasi malam itu. syukur masih kekejar. saya langsung duduk dengan tenang di kursi bagian depan.

bus yang saya tumpangi keliatan sepi. sesekali pak supir bercengkerama dengan beberapa penumpang. beberapa saat kemudian, ada seorang pria ekspat (atau bule) yang naik bus dari menteng.
"terima kasih," katanya dengan logat yang aneh. standar bule.
saya perhatiin si bule tadi. baru kali ini saya denger ada orang yang bilang terima kasih sebelum naik kendaraan umum. biasanya mah naik tinggal naik. justru lebih banyak penumpang yang mengeluh terlebih kalo busnya penuh (termasuk saya).

bus kembali melaju. sampai di kuningan, pria tadi bergegas ke depan untuk menyerahkan selembar lima ribu ke pak supir karena saat itu tidak ada kondekturnya. setelah itu ia kembali mengucapkan salam.
"terima kasih, selamat malam," katanya. lalu ia turun.

"terima kasih, selamat malam. tadi dia bilang gitu," komentar pak supir sambil terkekeh pelan.
"itu kan namanya ramah, bang. bagus dong," sahut ibu-ibu yang duduk di belakangnya.
"kalo gitu, tiap turun dari angkot kita bilang selamat malem juga ya," celetuk penumpang lain.

komentar pak supir barusan seolah-olah menunjukkan bahwa kalimat salam yang diucapkan pria ekspat barusan adalah hal yang aneh.
terima kasih, selamat malam. dalam bahasa inggris akan menjadi thank you, goodnight (dan kalo dalam bahasa prancis akan menjadi merci, bonne soirĂ©e—tapi ini hanya intermezzo ga penting). thank you, goodnight terdengar kurang aneh kalau diucapkan dibandingkan terima kasih, selamat malam. kenapa? mungkin karena orang sana memang udah terbiasa mengucapkan itu satu sama lain. itu adalah kebiasaan mereka. itu adalah cara mereka beramah-tamah.

di sini kita juga sering mengucapkan salam semacam itu. bedanya, kita melakukan itu lewat tulisan atau telepon. kita jarang mengucapkan itu secara langsung. jadi wajar kalo hal itu akan terdengar aneh kalau diucapkan langsung saat bertatap muka. itu bukan berarti bahwa kami ga ramah. itu hanya cara kami beramah-tamah di sini.

saya percaya bahwa kita semua adalah orang yang ramah. hanya saja, tiap orang punya cara yang berbeda untuk menunjukkan keramahannya.

selama di perjalanan, saya memerhatikan pak supir yang berinteraksi dengan beberapa penumpang di dekatnya. saya pikir, bisa aja mereka baru ketemu di bus ini. tapi mereka saling mengobrol dengan akrab. itu adalah cara si supir untuk bersikap ramah pada penumpangnya. ada juga seorang penumpang yang menawarkan diri jadi kondektur sementara. itu adalah cara dia membalas keramahan pak supir.

akhirnya bus sampai di lebak bulus. tapi sebelum bener-bener sampai di tujuan saya, pak supir meminta penumpangnya turun. "maaf ya, busnya ga sampe terminal."
saya dan beberapa penumpang turun, kemudian saya berjalan sedikit sampai di depan pintu masuk pusat grosir di situ. saya menunggu jemputan di pinggir jalan yang masih padat oleh kendaraan. saat itu sudah pukul 11 malam.

hari rabu tanggal 5 maret adalah hari yang cukup melelahkan sekaligus menyenangkan buat saya. hari ini, kamis 6 maret, akan menjadi hari yang berbeda. apa yang akan terjadi nanti? entahlah. nanti juga tau sendiri.


terima kasih, selamat malam.