Saturday, May 16, 2015

Fish & Chips

Minggu lalu, kira-kira pukul 10 malam, saya dan mimo baru selesai nonton di erasmus huis dan kami berdua merasa lapar. Tiba-tiba saya ngidam fish and chips. Berbekal hasil pencarian dari zomato, kami segera menuju kafe di daerah Jakarta Selatan yang masih buka, ga mahal, dan pastinya jual fish and chips.

Kami tiba di depan sebuah kafe kecil dengan kaca jendela yang lebar. Suasana di dalam cukup sepi, tapi untungnya masih buka. Dan rupanya di sana ada seorang temen kampus yang lagi double date (mungkin). Sementara itu, di bagian dalam ruangan, dua orang penjaga kafe lagi asik main playstation.
Malam itu kami memesan fish and chips, kopi Flores buat mimo, dan air mineral buat saya. Mimo ga suka seafood, jadi itu keuntungan buat saya untuk menguasai makanannya sendirian :))

Selesai makan, saya langsung menuju kasir. Ketika saya mengecek bon saya, di situlah saya merasakan keanehan...
Eh kok harganya murah banget ya? Padahal makanannya aja 40 ribuan. Tapi di bon harganya cuma 38 ribu.
Setelah diperhatiin lagi, ternyata si penjaga kasirnya lupa masukin makanan saya ke dalam bon.
Dan seketika saja muncul dua makhluk imajiner di kedua pundak saya. Yang satu berwujud malaikat, yang satu lagi berwujud iblis. Persis banget kayak di film-film kartun zaman dulu. Ga tau juga sih kalo ternyata ada film zaman sekarang yang masih pake formula itu.

Kata si iblis, "Udah ga usah bilang ke masnya. Langsung aja bayar, ambil bonnya, trus cabut dari situ!"
Lalu sang malaikat menyahut. "Ga boleh begitu. Sebaiknya kamu bayar sesuai sama apa yang kamu pesen."
"Tapi lo pikir aja deh, 40 ribu itu lumayan banget buat jajan yang lain lagi. Iya ga sih?"
Si malaikat menatap iblis dari seberang.
"Wah... iya juga sih."

Percakapan itu kira-kira makan waktu 30 detik, yang juga berarti merupakan waktu bagi saya untuk menatap bon itu yang masih di atas meja kasir. Ini sungguh merupakan momen yang paling dilematis.

Akhirnya saya memutuskan untuk bilang ke penjaga kasir kalo dia lupa masukin fish and chips saya ke bon. Saya pun bayar sesuai dengan yang saya pesen. Demikianlah, kebenaran kembali ditegakkan.

Padahal, mungkin aja malaikat setuju dengan iblis supaya saya ngambil uang itu. Bisa jadi, justru kata-kata orang jahatlah yang sebetulnya paling masuk akal. Mungkin saya aja yang ga tau.
Tapi ya sudahlah.