Selamat siang, India.
Indy berulang kali membaca sebaris kalimat yang tertera di layar ponselnya itu, namun tidak membalasnya. Ia hanya menghela napas, lalu kembali memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya.
Sudah 20 menit berlalu sejak ia menerima pesan singkat tersebut. Pesan itu bukan SMS nyasar. Pulsanya juga tidak habis. Malah, Indy merasa amat senang ketika menerimanya.
Ia bukannya tidak mau membalas. Ia hanya ragu untuk membalasnya.
Pengirimnya bernama Alan. Mereka bertemu tiga bulan yang lalu di pesta ulang tahun teman SMA Indy. Kedengarannya memang klise, namun begitulah yang terjadi. Singkat cerita, mereka saling bertukar nomor telepon dan komunikasi pun kembali berlanjut.
Akan tetapi, tiba-tiba saja komunikasi mereka terputus begitu saja selama satu bulan. Tiba-tiba Alan menghilang.
Sampai pesan singkat itu tiba.
Selamat siang, India.
Kalimat sapaan sejenis itu memiliki makna ganda. "Selamat siang" dapat diartikan sebagai bentuk basa-basi standar ketika seseorang memulai pendekatan. "Selamat siang" juga dapat diartikan sebagai penyambung komunikasi yang dilakukan oleh seorang teman.
Teman!
Indy tidak membenci kata itu. Indy senang berteman dengan Alan, dan ia yakin Alan pun begitu. namun, lama-lama wanita itu merasakan ada sesuatu yang lain... ia menginginkan lebih dari sekedar hubungan pertemanan.
Indy menyukai Alan. Ia menyukai kacamatanya, rambutnya yang ikal halus, suara baritonnya, senyumannya, dan matanya yang berbinar saat membicarakan Wes Anderson, sutradara favoritnya sepanjang masa.
Ia paling suka saat Alan memanggil nama depannya dengan lengkap—India—alih-alih Indy, seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya. Alan merasa India adalah nama yang unik, dan memutuskan untuk memanggilnya begitu sampai seterusnya.
Ia paling suka ketika tanpa sengaja ujung-ujung jemari mereka bersentuhan ketika mereka pergi bersama untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Kemudian mereka berdua hanya saling melemparkan senyum.
Maka tak heran jika sebaris kalimat itu membuatnya senang luar biasa. Indy sempat berpikir bahwa Alan sudah bosan padanya dan menemukan wanita lain, untunglah perkiraannya salah.
Tetapi apa yang membuatnya kembali secara tiba-tiba? Mengapa ia harus menghilang selama satu bulan penuh? Mengapa Alan memilih untuk mengirim pesan itu?
Selamat siang, India.
Ah, Alan. Lelaki yang tidak bisa ditebak.
Setidaknya itulah yang diasumsikan oleh Indy.
Sudah terlalu banyak asumsi yang dibuat Indy terhadap Alan. Teman-temannya sampai bosan mendengar topik yang sama dan menganggap bahwa Indy terlalu mengada-ada. Seorang teman pernah berkata padanya, kalau ia ingin tahu bagaimana perasaan Alan terhadapnya, satu-satunya cara adalah dengan membicarakannya. Mulailah dengan sebuah komunikasi.
Hmm.
Maka Indy mengambil ponsel dari saku jaketnya dan mulai mengetikkan balasan atas pesan singkat yang sudah lama didiamkannya sejak tadi. setelah berulang kali mengetik dan menghapus kalimat, akhirnya ia menemukan kalimat balasan yang paling cocok.
Selamat siang, India.
Selamat siang, Alan :)
Indy berulang kali membaca sebaris kalimat yang tertera di layar ponselnya itu, namun tidak membalasnya. Ia hanya menghela napas, lalu kembali memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya.
Sudah 20 menit berlalu sejak ia menerima pesan singkat tersebut. Pesan itu bukan SMS nyasar. Pulsanya juga tidak habis. Malah, Indy merasa amat senang ketika menerimanya.
Ia bukannya tidak mau membalas. Ia hanya ragu untuk membalasnya.
Pengirimnya bernama Alan. Mereka bertemu tiga bulan yang lalu di pesta ulang tahun teman SMA Indy. Kedengarannya memang klise, namun begitulah yang terjadi. Singkat cerita, mereka saling bertukar nomor telepon dan komunikasi pun kembali berlanjut.
Akan tetapi, tiba-tiba saja komunikasi mereka terputus begitu saja selama satu bulan. Tiba-tiba Alan menghilang.
Sampai pesan singkat itu tiba.
Selamat siang, India.
Kalimat sapaan sejenis itu memiliki makna ganda. "Selamat siang" dapat diartikan sebagai bentuk basa-basi standar ketika seseorang memulai pendekatan. "Selamat siang" juga dapat diartikan sebagai penyambung komunikasi yang dilakukan oleh seorang teman.
Teman!
Indy tidak membenci kata itu. Indy senang berteman dengan Alan, dan ia yakin Alan pun begitu. namun, lama-lama wanita itu merasakan ada sesuatu yang lain... ia menginginkan lebih dari sekedar hubungan pertemanan.
Indy menyukai Alan. Ia menyukai kacamatanya, rambutnya yang ikal halus, suara baritonnya, senyumannya, dan matanya yang berbinar saat membicarakan Wes Anderson, sutradara favoritnya sepanjang masa.
Ia paling suka saat Alan memanggil nama depannya dengan lengkap—India—alih-alih Indy, seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya. Alan merasa India adalah nama yang unik, dan memutuskan untuk memanggilnya begitu sampai seterusnya.
Ia paling suka ketika tanpa sengaja ujung-ujung jemari mereka bersentuhan ketika mereka pergi bersama untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Kemudian mereka berdua hanya saling melemparkan senyum.
Maka tak heran jika sebaris kalimat itu membuatnya senang luar biasa. Indy sempat berpikir bahwa Alan sudah bosan padanya dan menemukan wanita lain, untunglah perkiraannya salah.
Tetapi apa yang membuatnya kembali secara tiba-tiba? Mengapa ia harus menghilang selama satu bulan penuh? Mengapa Alan memilih untuk mengirim pesan itu?
Selamat siang, India.
Ah, Alan. Lelaki yang tidak bisa ditebak.
Setidaknya itulah yang diasumsikan oleh Indy.
Sudah terlalu banyak asumsi yang dibuat Indy terhadap Alan. Teman-temannya sampai bosan mendengar topik yang sama dan menganggap bahwa Indy terlalu mengada-ada. Seorang teman pernah berkata padanya, kalau ia ingin tahu bagaimana perasaan Alan terhadapnya, satu-satunya cara adalah dengan membicarakannya. Mulailah dengan sebuah komunikasi.
Hmm.
Maka Indy mengambil ponsel dari saku jaketnya dan mulai mengetikkan balasan atas pesan singkat yang sudah lama didiamkannya sejak tadi. setelah berulang kali mengetik dan menghapus kalimat, akhirnya ia menemukan kalimat balasan yang paling cocok.
Selamat siang, India.
Selamat siang, Alan :)